Selasa, 11 Februari 2014

Perihal Keterlambatan

0 komentar
Hello!
semoga surat ini tidak datang terlambat, cukup saya, sang pengirim surat yang datangnya terlambat. Lucu ya, dalam beberapa hal aku dikenal sebagai sosok yang ontime. Di lingkungan tempat kita bersinggungan pun, aku dikenal sebagai sosok yang selalu menomorsatukan kedisiplinan waktu. Tapi entah mengapa, perihal hati, yang sejatinya lebih krusial, aku datang terlambat. Dan bilik di hatimu yang mengisyaratkan sudah terisi, aku menyadari keterlambatan itu.

Salahku, yang tetap bersikukuh untuk mengetuk?
Atau salahmu, yang tanpa pikir panjang membukakan pintu itu?
Kamu membawa aku ke tempat yang sudah berpenghuni dan membiasakan aku untuk tinggal di tempat yang sedang ditinggali. Sejauh yang aku lihat, penghuni lama masih sangat betah untuk tinggal disitu. Tidak ada tanda-tanda untuk pergi meninggalkan. Wajar saja, tempat ini menawarkan begitu banyak kenyamanan. Aku buktinya. Belum berapa lama aku sudah sangat menikmati tempat ini. Kalo kata orang-orang, '"too good to leave". Ya, dengan sekejap mata ini mampu menyingkirkan semua tempat-tempat favorite yang pernah ku kunjungi.

Hebat ya kamu, mampu membuat orang yang dikenal sangat ontime mulai belajar kompromi dengan keterlambatannya.
Hebat ya kamu, mampu membuat sosok yang sangat egois mau belajar untuk berbagi tempat dan tidak serakah.

Hmm..
Sampai disini aku tersadar. Bukan kamu yang hebat. Aku saja yang terlalu naif untuk menerima semua hal itu. Tetapi, satu hal yang harus kamu tahu, ini bukan perihal terlalu naif, kamu pernah dengar sesuatu yang disebut cinta? Mungkin itu namanya. Benar apa kata orang-orang, "Level tertinggi bullshit adalah merelakan orang yang kamu cintai bahagia bersama orang lain".

Maybe, it's time to walk away from you? Let me.. :')




Jumat, 07 Februari 2014

Malaikat Juga Tahu

0 komentar
Kepadaku kau sekeras batu,
Kepadanya hangatmu bak mentari senja.

Kepadaku kau salahkan semua tuturku,
Kepadanya kau bela tiap perkataanya.

Di diriku kau torehkan luka dan pilu,
Di dirinya kau ukirkan gelak tawa.

Didiriku kau limpahkan seluruh masalahmu,
Didirinya kau habiskan bahagia.

Aku harap kamu tidak lupa dengan senandung manis dari Dee Lestari yang sudah setahun ini menjadi ringtone di handphone-ku. Iya, aku harap kamu tidak lupa, bahwa malaikat juga tahu siapa yang akan menjadi juara. Juara dalam hal "walaupun" dan bukan "karena" perihal mencintaimu. Dan ketika tiba masanya, aku harap kamu sadar, bahwa kamu bukanlah juri untuk hal ini. Jangankan malaikat, semesta pun pasti akan berada di pihak-ku untuk ini. Try me! :p

Kamis, 06 Februari 2014

ada yang tahu dimana alamatmu?

0 komentar
selamat sore sayang,
apa kabarmu disana?
ah, betapa kamu hebat membuat seseorang jatuh dalam rindu.
rasanya ingin cepat-cepat aku bertemu.
sayang, aku rindu...

tapi sayang,
berapa banyak lagi surat yang harus aku kirim padamu?
karena tidak satupun tukang pos yang tau tempatmu.
padahal sudah besar-besar kucetak di ujung amplop dimana alamatmu.

sayang,
memang begitu susahnya ya jalan menuju surga?

Selasa, 04 Februari 2014

Kita dan Trampolin

0 komentar
Hai!

Anggap saja ini sebuah penghubung atas sapa yang tidak terlisankan di hari pertama kita bertemu setelah 8 tahun tidak bersua. Aku terlalu gengsi untuk sekedar mencuri-curi tatap. Aku terlalu gengsi untuk mengirim sebuah lengkungan manis bernama senyum. Aku terlalu gengsi untuk mengumbar sebuah, "Hai, apakabar?". Perihal pertemuan tidak disengaja itu, aku sepatutnya menyalahkanmu. Mengapa datang untuk mencipta debar kembali? Apakah semesta turut ambil andil dalam pertemuan tidak disengaja ini?

8 tahun. Cukup lama untuk mencipta sebuah kejutan ketika aku menatapmu. Rambut ikal yang semakin panjang tak beraturan yang membuatmu terlihat semakin gagah, jambang tipis-tipis yang semakin menonjolkan sisi maskulinmu, dan gitar yang dahulu sering berada di tangan kananmu kini berganti menjadi sebuah kamera DSLR. Iya, penampilanmu saat ini sangat mewakili kecintaanmu pada dunia barumu; Fotografi.

Ada satu hal yang lupa aku tanyakan. Bagaimana nasib trampolin milik kita dibelakang rumahmu? Ummh, maaf.. Mungkin tidak sepatutnya aku menyebutkan kata "kita". Tetapi sejauh yang aku ketahui, kita pernah berjanji untuk tidak mengajak orang lain untuk naik ke trampolin itu. Emmh, maaf.. lagi-lagi aku harus menyebut "kita". Aku sedang berlatih untuk tidak terlalu sering menyebutkan kata itu, karena mungkin saja kata itu sudah kehilangan tuan aku dan tuan kamu-nya. Atau dia sudah menemukan tuan aku dan kamu yang baru? Mungkin saja di pihakmu, ya. Maaf kalau aku menebak-nebak.

Kamu masih ingat dengan setiap janji yang lahir diatas trampolin itu? Tentang mimpi-mimpi manis yang ingin aku wujudkan? Dan setiap impian-impian hebat yang kamu inginkan? Aku ingat bagaimana semburat senja menemani setiap harapan dan doa yang kita sampaikan diatas trampolin itu. Trampolin itu tidak pernah gagal mencipta bahagia ketika kita beradu lompatan, tentang siapa yang bisa melompat lebih tinggi. Trampolin itu mewakili setiap harapan kita. Bahwa setinggi apapun yang bisa kita tempuh, lakukanlah. Sebab itu tidak akan membawamu terbang tinggi tanpa kembali, dia akan membawamu kembali ke pijakan tempat kamu berasal.

Perihal kembali, hari ini aku kembali. Dengan beberapa mimpi yang sudah aku wujudkan dan beberapa lagi yang masih menunggu persetujuan Sang Pewujud Mimpi. Bagaimana dengan kamu? Sudah berapa mimpi yang menjadi realisasi? Masih mau berbagi tentang mimpi-mimpi yang lain? Atau sekedar mengenalkan dunia barumu kepadaku? Aku tidak keberatan ikut serta dalam mencari objek-objek yang diinginkan lensamu. Because you're still my favorite object for my lens.

Dari-ku,
yang menyediakan waktu untuk berbagi mimpi di atas trampolin :')

Future Holder

0 komentar
Sudah lama rasanya pengen nulis postingan tentang ini. Ketunda mulu dan baru nemu waktu yang tepat di malam yang syahdu ini. So, here i go...

Sebulan ini saya diliputi kekhawatiran soal masa depan. Tentang apa yang bakal saya lakuin di 2015. Buat yang belum tau, setelah lulus dari pendidikan diploma pada tahun 2012 kemaren, saya harus kembali ke kota kelahiran saya untuk mengabdi kepada instansi yang telah menyekolahkan saya di bangku perguruan tinggi. Kuliah saya di support oleh program beasiswa Kementerian Perindustrian. Dan setelah lulus, saya harus menjalani masa kontrak kerja selama 2 tahun. Setelah itu, saya belum tau bagaimana akhirnya karena saya belum sampai di titik akhir. Saat ini saya masih setengah perjalanan. Sejujurnya, saya merasakan sebuah kejenuhan yang maha dahsyat. Saya tidak terlalu tertarik dengan rutinitas kerja seperti ini. Datang jam 8, ngetik-ngetik laporan, turun ke lapangan sesekali, menjadi panitia atau narasumber sebuah pelatihan untuk industri kecil, dan kalau tidak ada kegiatan, hanya menghabiskan satu hari full tanpa rutinitas di Kantor sampai jam 4 sore. Saya merasa tidak berkembang secara skill ataupun knowledge. Saya merasa semakin tumpul. Saya merasa tidak bergairah. I just lost my passion...

Mungkin orang-orang diluar sana menganggap kerjaan saya enak. Dengan tingkat mobilitas yang tidak terlalu tinggi, tapi saya memperoleh penghasilan yang lebih dari cukup dalam sebulan. Belum lagi tunjangan-tunjangan lainnya dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh kantor. Tetapi bukan itu yang saya cari. Saya mencari lingkungan yang bisa menajamkan saya dari segi skill dan pengetahuan. Saya mencari lingkungan kerja yang dipenuhi orang-orang yang dinamis. Fyi, saya adalah pegawai termuda di kantor. Rekan-rekan kerja saya umurnya berkisar 40an keatas. Saya merasa seperti bekerja bersama papa dan mama. Sejauh ini tantangan terbesar yang saya dapat dari kantor adalah ketika saya harus menjadi narasumber utama dalam pelatihan pewarnaan batik (sesuai kompetensi ilmu saya semasa kuliah). Selebihnya, saya terjebak dalam ritme pekerjaan yang sangat membosankan.

Saya mulai iri dengan teman-teman seumuran saya yang di usia mudanya, bisa mengexplore kemampuannya di tempat-tempat kerja yang superWOW. Yang bukan hanya menjual nama besar, tetapi juga jenjang karir yang sangat baik. Ada yang kerja di Nokia, Samsung, Uniqlo, Kraft, Adidas, YKK Zipper, TransTV, Gagasmedia dan di beberapa Bank Negeri maupun Swasta di Indonesia. Melihat sepak terjang mereka dalam dunia karir yang pertama terlintas di benak saya adalah... "Kog pekerjaan mereka keren-keren banget sih, Tuhan?", dan beberapa pemikiran-pemikiran lain yang membawa saya dalam kondisi mengasihani diri sendiri. Sampai pada suatu malam, ga ada angin ga ada hujan, saya ga bisa berkata apa-apa lagi dalam doa malam saya, hanya tangisan saja yang bisa mewakili isi hati saya malam itu. Bahkan saya hampir menyesali keputusan saya mengapa memilih beasiswa pemerintah itu. Iya, saya sudah dalam keadaan desperate banget saat itu. Yang saya lakukan hanyalah khawatir dan complain. Saya sampai pada suatu titik, meragukan kuasa Tuhan. Tepatnya, mulai tidak percaya lagi terhadap rencanaNya atas hidup saya.

Dalam dua tahun ini, saya tidak diizinkan untuk apply pada perusahaan/instansi apapun karena saya masih terikat kontrak dengan Kementerian Perindustrian. Tetapi pada dasarnya saya bandel, saya pun coba-coba apply sana-sini tanpa sepengetahuan siapapun. Walaupun saya tahu, it's impossible for me to work in another place during two years.. 4 Oktober 2013, saya inget banget ada panggilan interview dari Uniqlo, sebuah perusahaan tekstil terbesar di Jepang yang sudah merambah 16 negara (salah satunya Indonesia). Dan yang bikin surprisenya lagi, panggilan interview ini dikirim langsung melalui nomor telepon dengan kode area Jepang (+81), walaupun lokasi interviewnya tetap di Jakarta. Senang dan galau seketika bercampur jadi satu. Senang karena ternyata jauh-jauuuuh dari Jepang, mereka mau melirik CV saya. Galaunya, karena tepat di tanggal yang sama, saya harus mengikuti sebuah event Asia Pacific Choir Games di Manado. Dan saya pun masuk dalam sebuah pikiran yang logis. Percuma juga kalau saya harus ke Jakarta untuk mengikut interview, toh ga bakalan bisa juga dengan kondisi saya saat ini. Satu lagi impian untuk berkembang lebih baik harus melebur bersama kenyataan hidup. Ck!

Sebenarnya, kalau ditanya mengenai passion saya dalam bekerja, saya lebih mencintai bekerja di media. Entah itu di stasiun TV, radio, majalah, koran, penerbitan, advertising, dll. Dari SMP, passion saya dalam hal ini sudah mulai tumbuh. Menjadi pemred mading sewaktu SMP, menjadi pemred sebuah buletin semasa SMA, dan aktif dalam mengisi artikel-artikel dalam beberapa surat kabar/majalah lokal. Tetapi passion saya tidak mendapatkan tempat terbaiknya ketika saya mengakhiri bangku SMA. Cita-cita untuk menjadi mahasiswi komunikasi harus terkubur rapat-rapat karena saya ingin meringankan beban ortu, jadinya nyari tempat kuliah yang bisa dapet beasiwa full + uang hidup. Dan berkat anugerahNya, dapetlah beasiswa full + biaya hidup + biaya buku + biaya transport PP setahun sekali dari Bandung ke daerah asal. Iya, hanya Kementerian Perindustrian memang yang bisa semurah hati itu. Tetapi sebaik apapun fasilitas yang kampus tawarkan, apalah artinya kalau kita tidak mencintai apa yang kita lakukan. Saya harus survive selama kurang lebih 3 tahun untuk berhadapan dengan hal-hal berbau kimia dan tekstil. Sebuah hal yang tidak pernah ada dalam bayangan saya sebelumnya. Bahkan semasa SMA, saya pernah beberapa kali kabur ketika mata pelajaran Kimia. :))

Kerinduan saya saat lulus SMA hanya satu. Saya mau kuliah di luar Palu yang tidak memberatkan ortu dalam hal finansial. Dengan tekad itu pula yang mengantar saya sampai di tempat yang tidak pernah saya rencanakan sebelumnya.

Dan inilah saya saat ini, sedang menjalani masa kontrak yang sisa setahun lagi.

Sejujurnya saya blank dengan apa yang bakal saya kerjakan setelah ini. Saya merasa hopeless. Saya merasa khawatir sekali dengan apa yang orang-orang sebut "masa depan". Padahal, tanpa saya bertanya pun sebenarnya Dia sudah jelas mengatakan kalau rancangan-rancanganNya dalam hidup saya adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan. Tetapi saya lebih mengizinkan kekhwatiran pegang kendali atas hidup saya saat ini. Akibatnya, hidup saya dipenuhi ketakutan demi ketakutan. Bukan itu saja, saya mulai menyalahkan diri saya akan apapun yang saya alami. Saya merasa sangat jauuuuuuuuh dengan kondisi damai sejahtera.

Saya diingatkan kembali akan janjiNya melalui nubuatan seorang Pastor di Gereja saya ketika masih di Bandung, beliau mengatakan, "jangan takut untuk apa yang akan kamu hadapi di depan, kamu akan dipakai menjadi besar di tempat dimana kamu akan pergi.." JENGJENG! Padahal saya ga pernah ngasih tau sebelumnya kalau saya akan meninggalkan Bandung dalam waktu dekat. Tetapi dengan ajaibnya Tuhan memakai Pastor itu untuk meneguhkan saya. Dan itu terbukti, baru beberapa bulan kembali di Palu, Tuhan mempercayakan saya untuk menjadi seorang youth leader di Gereja lokal saya. Walaupun banyak pergumulan yang saya hadapi dalam memimpin di komunitas ini, tapi kasih sayang Tuhan terus berlaku dalam "menangkap" saya untuk tidak lari meninggalkan komunitas ini.

Sampai akhirnya saya merenung...
Aphro, dimana kamu taruh iman kamu? Kalau kamu taruh iman kamu sama Tuhan, why still worry? Kalau kamu taruh iman kamu sama Tuhan, kenapa bandingin masa depan kamu dengan kisah orang lain? Kalau kamu taruh iman kamu sama Tuhan, kenapa kamu takut? 
Kenapa?
Karena simply, saya lebih menaruh iman kepada yang kelihatan daripada yang gak kelihatan. Which is itu berarti bukan iman. Dan untungnya Tuhan masih terlalu amat sabar sama saya. Then i know i have a faithful God. Ya, sekarang memang saya belum melihat apapun yang akan terjadi didepannya, saya belum melihat pintu-pintu lain yang akan terbuka untuk saya, saya belum tahu apa yang bakal saya lakuin, i don't understand His plan for me nowadays, i don't know what His will. But one thing i know for sure... Even when i don't understand His plan for me, i know He is with me.
 
You don't have to be worry, you don't have to be afraid, because I AM WITH YOU, says the Lord. 
 
Di depan memang saya gak tau akan seperti apa, gak tau apa yang akan terjadi, gak tau harus bagaimana dalam menghadapi apa, but i know, Tuhan ada di depan sana, He has prepared great things for me, He has greater plan than i have for myself.
 
And 'til the doors are opened, i'm gonna still praise Him in the hallway. Because i know, Who's My Future Holder.

Selamat Sore, @perempuansore.

0 komentar
Surat ini sengaja kukirimkan di sore hari, supaya kakak bisa jatuh cinta pada suratku sama seperti kakak jatuh cinta pada sore.

Selamat sore, kak theoresia rumthe!
Seneng banget dengan tema #30HariMenulisSuratCinta pada hari ini. Menulis surat cinta buat selebtweet. Sebenarnya ragu juga sih harus ngirim surat ini ke kakak, karena yang saya tahu, kakak lebih dari sebuah sebutan selebtweet. Iya, kamu inspirasi, kak.

Apakabar, kak? Lama ya ga ketemu. Sudah setahun kita tak pernah bertemu muka dengan muka lagi. Tapi tanpa bertemu pun kamu tidak pernah absen menjadi inspirasi. Tadi aku menanyakan kabar, kalau yang aku dengar, kamu lagi sibuk mengumpulkan buku untuk Tabaos. Sekali lagi, kamu (masih) menginspirasi. Ditengah kesibukanmu sebagai penyiar dan penyair, kamu masih melakukan hal-hal yang berdampak besar untuk orang banyak. Ah, tidak salah kalau surat ini ku alamatkan padamu.

Bagaimana kabar hari-harimu di Bandung, kak? Masih setia dengan rambut super-kewl mu yang pendek? Aku inget, dikala banyak wanita yang mencoba memanjangkan rambutnya, kamu muncul dengan memangkas mahkota panjangmu menjadi sangat pendek. Dan memang benar, keren itu adalah gen, dan kamu terlahir dengan gen itu. You look so hot with your fabulous hair. ♥

Dengan segala pekerjaan yang kamu geluti sekarang, aku seperti melihat mimpi-mimpiku yang terwujud lewat hidup orang lain. Tuhan Maha Keren, ya? Disaat jalanku di belok-kan untuk menuju tempat lain, aku tetap diizinkan untuk melihatnya lewat hidupmu. Sekali lagi, kamu memang isnpirasi.

Hati apakabar, kak? Atau kita skip saja perbincangan yang ini? ;))
Terimasih sudah sering mengingatkan, "sayang banget sama seseorang itu sepaket sama berani ngelepasin". Iya, akhir-akhir ini aku sedang belajar kembali tentang hal itu. Time flies ya, bagaimana nasehat beberapa tahun lalu kembali diterapkan di hari ini. :')

Untuk semua hal baik yang disiapkan Pemilik Hidup kepadamu, aku percaya kamu tidak akan pernah menerima sisa. Burung pipit saja Dia pelihara, apalagi nona manis sepertimu?

Semoga surat ini tidak membosankan, karena pasti akan banyak surat yang dialamatkan kepadamu hari ini. Danke banya, Usi.

Ciong sayang,
Adikmu :')

p.s: titip salam untuk Bandung. Katakan, aku ingin mengecap kembali cinta di kota itu. ♥

Minggu, 02 Februari 2014

Lekas Pulih, Sinabung!

0 komentar
Karena rasa-rasanya tidak akan ada yang dapat membawa surat ini langsung ke kaki gunung itu, maka aku bersyukur ada sarana #30HariMenulisSuratCinta ini. Ini bukan hanya sebuah surat cinta, lebih dari itu ada doa dan pengharapan yang ku suratkan untuk semua saudaraku disana.

Aku tidak akan menanyakan kabar melalui surat ini, karena kabar terakhir yang ku dengar, ada 14 wartawan dan relawan yang melakukan tugasnya dengan sangat baik disana. Mereka bukan hanya melakukan, tetapi juga telah mengakhiri tugasnya disana. Aku sedang tidak menyalahkan semburan awan panasmu akan kepergian mereka, karena aku tahu mereka sudah mendapatkan tempat terbaiknya saat ini. Tidak berlebihan rasanya jika "Mengheningkan Cipta" di Upacara senin pagi ini dialamatkan kepada mereka. Karena kehilangan bukan hanya milik keluarga yang ditinggalkan. Kamipun turut merasakan.

Sinabung sayang,
banyak orang yang mempercakapkanmu sekarang. Ada yang prihatin, bahkan tidak sedikit juga yang mencacimu. Jangan semakin marah ya untuk hal itu. Bersyukur mungkin hal yang sulit bagi mereka yang tertimpa ujian berat. Akupun sedang belajar untuk hal itu. Semoga saja kekuatan hati mampu menjadi milik mereka yang harus berpisah dengan rumahnya. sanak saudaranya, dan kesayangannya.

Bung,
aku membaca beberapa surat yang datang dari putra-putri kebanggaanmu untuk pemerintah. Ada satu surat yang cukup menyedot perhatian kami beberapa waktu ini. Kalau tidak salah pengirim suratnya bernama Vita Sinaga Hutagalung. Ah, kamu pasti mengenalnya, kan? Kamu juga pasti bangga karena dia mampu menyuarakan apa yang kalian rasakan disana. Kabar baiknya, surat itu telah diterima dengan tepat oleh yang bersangkutan, yang menerima surat pun katanya telah meminta maaf di media massa, semoga saja bukan pencitraan ya, bung. Pasti kamu juga mengharapkan hal yang sama untuk ini. Apa? Kamu sudah tidak mengharapkan apa-apa lagi dari janji itu? Kita sama-sama berdoa ya untuk itu. Karena hanya Tuhan yang mampu mengubahkan hati manusia, termasuk hati penerima surat kiriman Vita Sinaga Hutagalung tersebut.

Kebanggan kami, Sinabung..
kami berharap kamu belum apatis kepada manusia. Karena diluar sana masih banyak yang mencintaimu, dan terus berdoa untuk pemulihanmu. Banyak yang gotong royong bahu-membahu mengumpulkan donasi untukmu. Musisi-musisi superkeren pun semalam ikut ambil bagian dalam #SingingToilet, sebuah charity concert untukmu. Sampai disini, sudah alasan belum untuk kembali mempercayakan prikemanusiaan kami? Aku harap kamu dapat mempertimbangkannya. Ini semata-mata bukan usaha nan pamrih, ini adalah bentuk kecintaan kami terhadap kamu. Semoga cinta kami tidak bertepuk sebelah tangan.

Maafkan aku kalau harus segera mengakhiri surat ini. Tetapi doa dan harapan untuk pemulihanmu belum akan berakhir sampai disini. Aku masih menantikan senyum-mu. Senyum-mu yang dulu. Yang memikat para pecinta alam untuk menaklukanmu. Beristirahatlah dari bangun panjangmu. Istirahat selama mungkin yang kamu bisa. Dan kalaupun suatu hari nanti kamu harus terbangun kembali, satu pinta kami, janganlah bangun dengan amarah maha dahsyat.

Dari-ku,
yang (masih) mendoakanmu.

Sabtu, 01 Februari 2014

Happy Sunday, Happiness!

0 komentar
"Happy Sunday, Happiness!"
From: +628219167**80

Surat ini untuk kamu. Kamu yang selalu rutin mengirimkan pesan singkat untuk-ku di minggu pagi. Hampir 2 tahun sapaanmu selalu mengawali minggu pagi-ku. Jawaban "Ini siapa?" sepertinya tidak pernah mendapat tanggapan darimu. Atau mungkin saja itu kedengaran kurang sopan? Ah, maafkan aku untuk itu. Aku bukan tipe yang ulung dalam hal berbasa-basi. Aku bukan tipe intelijen yang harus mencari tahu hari itu juga siapa pemilik jemari yang dengan setia mengetik, "Happy Sunday, Happiness!". Aku bukan penggemar permainan "Hide and Seek", yang akan berusaha keras untuk mencari sosok dibalik nomor itu.

Mungkin kamu akan men-cap aku sebagai gadis yang sombong. Mungkin kamu menganggapku terlalu meniadakan hal itu. Atau mungkin itu hanya perasaanku saja?

Kenyataannya, aku takut. Aku takut selama ini semua pesan singkat yang kamu kirimkan hanyalah salah alamat. Aku tidak merasa cukup pantas untuk menjadi standar sebuah "Happiness". Itu adalah sebuah penghargaan tertinggi. Itu semacam tujuan akhir dari sebuah perjalanan, walaupun kata orang-orang, "Happiness is a journey, not a destination", aku tetap menganggap apa gunanya menikmati kebahagiaan dalam perjalanan jika tujuan akhirnya tidak lebih bahagia? :")

Iya, aku takut untuk sebuah sebutan itu. Karena jujur saja, dalam kurun beberapa bulan terakhir ini, aku mulai menikmati sapaan-mu di minggu pagi-ku. Aku menikmati kesetiaanmu yang tak pernah melewatkan satu hari minggu-pun untuk menemuiku lewat pesan singkat. Aku menikmati semu merah yang muncul di wajahku ketika membaca pesan singkat itu.

Aku tidak tahu kapan kamu akan berhenti untuk itu. Aku tidak tahu sampai kapan kamu akan menemui titik jenuh-mu untuk berhenti menyapaku.
Dan...
Aku tidak tahu mengapa aku tidak menginginkanmu untuk mengakhirinya. :")

Dari-ku,
+628534100**09

p.s:
Sms kamu baru saja masuk. Happy Sunday too, (happiness)!
 

aphrodityasherlisa Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template