Jumat, 31 Januari 2014

Kepada Kamu, Yang Selalu Kuat.

0 komentar
Sudah lama rasanya tidak mengirim surat. Ah, lagipula aku bukan peramu yang hebat dalam meramu kata menjadi bait. Aku sedikit bingung memutuskan akan mengirimkan surat ini kepada siapa. Di otak-ku berkelabat beberapa obyek yang menagih tempat untuk menjadi tujuan akhir surat ini. Dan ya, bagaimana kalau surat pertama ini dimulai dengan mengirimkannya kepada kamu?

Entah apa yang membuatmu bisa bertahan sekuat ini. Sejauh ini. Tidak terhitung berapa luka dan bahagia yang pernah menghampirimu. Kau tidak pernah lelah memberikan ruang untuk yang mau tinggal atau bahkan hanya sekedar mampir. Wow, seluas apa ya kamu? Bahkan untuk menampung segala motif-motif terselubung pun kamu mampu. Kata orang-orang bentuk kamu semacam dua lengkungan yang bertemu dengan satu sudut yang mempertemukan. Ah, nampaknya bentuk kamu lebih besar dari itu. Seluas lingkaran yang tidak punya titik temu, mungkin? Semoga saja begitu, ya.

Sampai detik ini, entah sudah berapa kilogram beban yang datang menghampirimu. Ya, mungkin saja tidak ada ukuran baku yang bisa menimbangnya. Dengan begitu hebatnya kamu masih kuat saja menampung segala beban itu. Hebat ya, kamu?

Entah sudah berapa letupan-letupan kecil yang kamu hasilkan untuk dia yang pernah datang dan (atau) mungkin sedang dalam perjalanan menuju kamu. Eh, tapi apakah masih ada tempat untuk yang masih dalam perjalanan? Aku harap masih ada. Tentu aku akan menolongmu menyiapkan tempat itu. Bukannya kita adalah tim yang unggul dalam bekerjasama untuk hal ini? ;)

Aku minta maaf kalau aku terlalu sering mengikutsertakanmu dalam mengambil keputusan. Padahal, aku tau kamu masih punya seorang teman di dalam otak-ku yang bisa aku andalkan dalam memilih dan memilah. Tetapi, lagi-lagi aku selalu memilih kamu untuk melaksanakan peran itu. Bukannya aku ingin membebanimu, tetapi kadangkala aku terlalu percaya kepada kamu. Kepercayaan itu pula yang sering kali menyeret kamu untuk merasakan luka yang sama. Maaf ya, kamu.

Terimakasih sudah menjadi begitu kuat. Aku sanggat bangga kepadamu. Aku mau kita tetap menjadi tim yang baik kedepannya. Yang kita butuhkan adalah banyak bersabar. Aku mau kita belajar lebih keras lagi dalam hal menyeleksi. Tidak keberatan kan kalau lagi-lagi aku mengandalkanmu? Aku harap kamu (masih) mengerti.

Aku yakin, akan datang saatnya dimana kamu tidak akan merasakan luka lagi. Akan datang saatnya dimana setiap sisimu akan terus dipenuhi letupan-letupan kebahagiaan. Sambil menunggu saat itu tiba, maukah kamu berjanji untuk tetap kuat?

Terimakasih sekali lagi kamu, HATI-ku.
Tugasmu belum selesai. Bertahanlah.

 

#30HariMenulisSuratCinta

0 komentar

Halohaaaaaa..
Selamat datang Februari, bulan semanis coklat! Akhirnyaaaa, setelah beberapa tahun coba ikutan dan selalu ga rutin tiap hari bisa menghasilkan surat cinta, tahun ini kembali mencoba peruntungan dalam menyampaikan se-sweet-tu. So readers, postingan yang bakal kalian baca selama sebulan ini mungkin saja hanya berisi bait-bait surat bertuan. Happy reading, selamat jatuh cinta, manis! :)

Selasa, 21 Januari 2014

(Bukan) Tentang Sebuah Penantian

0 komentar
Kemuning semburat senja menyapanya kembali. Entah sudah senja keberapa yang dilaluinya dengan menatap lengangnya jalanan. Memperhatikan satu per satu orang-orang yang dihadirkan semesta untuk melalui jalan itu. Ada yang tergesa-gesa, ada yang berjalan pelan-pelan, ada yang berjalan seperti tak tentu arah. Ah, seperti yang dia rasakan saat ini. Sesuatu yang tak tentu arahnya. Sesuatu yang tak kunjung datang. Entah apa yang membuatnya bertahan sebetah itu. Keyakinan, mungkin? Sayangnya, hingga detik ini keyakinan tersebut kunjung tak berbalas. Tetapi dia masih disana, menanti dengan menggenggam harapan ditangan kiri, dan keyakinan ditangan kanannya.

Sebelumnya menanti tidak pernah semudah ini. Menurutnya. Walaupun beberapa orang menganggapnya seperti menjaring angin. Sia-sia. Tetapi keyakinannya mampu membawanya sejauh ini pada sebuah hal yang seringkali membuat banyak orang apatis; Penantian.

Di titik temu tempat yang menanti dan dinanti bertatapan, disana segumpal rindu menunggu untuk segera menguap. Ada desakan, "Mengapa baru sekarang?" yang tersampaikan darinya yang menanti. Ada sukacita dari dia yang dinanti, karena telah dijagai sejauh ini oleh genggaman harapan dan keyakinan olehnya yang menanti. Sebab genggaman harapan dan keyakinan yang berwujud doa itulah yang membawa dia bertemu dengan yang menanti. Seperti papan penunjuk arah. Berjalan dengan pasti menemui dia yang hampir kehilangan arah dalam menanti.

Tidak semua penantian akan berakhir selamanya. Tetapi beberapa dari mereka cukup bersyukur karena sempat dipertemukan. Mungkin saja sempat menabung asa untuk hari-hari depan yang masih penuh misteri. Bukannya kau masih bisa menikmati sendiri isi tabunganmu? Atau, kembali ingin berbagi dengan yang lain?

Sampai disini dia diingatkan. Cinta bukan tentang menanti dan menunggu. :')


"... cinta bukan tentang menanti dan menunggu
tetapi memang telah waktunya tuk bertemu
walau tak selalu berakhir bersama
mungkin nanti kan bertemu kembali ..."
( 168 - Monita Tahalea )

Senin, 20 Januari 2014

Road to 9 April 2014

0 komentar

9 April 2014 merupakan salah satu tanggal yang ditunggu-tunggu dalam penanggalan tahun ini bagi masyarakat Indonesia. Hari itu semua warga yang sudah memiliki hak memilih akan beramai-ramai memberikan suaranya for the better Indonesia. Yak, kami akan memilih mereka-mereka yang nantinya akan mewakili suara rakyat duduk di kursi legislatif. Bicara soal hak pilih, tahun ini bersyukur banget bisa memilih mengingat pemilu sebelumnya saya masih berdomisili di Bandung. Jujur saja saya belum memiliki gambaran jelas mengenai siapa yang akan saya pilih nantinya. My faith in government has lost, honestly. Pemikiran apatis semacam, "Buat apa saya memilih, toh ga bakalan ngaruh juga. Paling yang bakal naik hanya mereka yang punya koneksi orang dalam" terus menguasai pikiran menjelang 9 April mendatang. The power of "orang dalam" itu somehow emang nyebelin banget. Ada orang-orang yang memang dengan ketulusan hati ingin mencalonkan diri menjadi anggota legislatif harus berlapang dada tidak terpilih karena ada orang-orang berlatarbelakang artis, sodaranya inilah, sodaranya itulah, yang dengan mudahnya bisa melenggangkan kaki menuju bangku-bangku pemerintahan. Yeah, it sounds pathetic! Hal ini pula yang membuat saya seakan-akan give up dengan sistem pemerintahan di negeri ini. Mo bersuara yah ga bakal didenger. Makanya hanya bisa nulis doang ini di blog :p

Dalam jam saat teduh saya, Dia kembali mengingatkan tentang firmanNya di Roma 13. Saya kembali ditegur lewat firman yang saya baca. Selama ini saya selalu mencari celah untuk menutup diri terhadap apapun yang pemerintah lakukan. Seakan-akan semua yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan tanpa menyadari bahwa mereka adalah hamba Allah untuk kebaikan kita (Roma 13:4). Sampai disini saya berpikir, kebaikan semacam apa yang bisa mereka lakukan? Yak, lagi-lagi saya kembali pada keadaan negative thinking.

Disini saya diajar untuk percaya dan belajar mendoakan pemerintah dalam setiap jam-jam doa pribadi. Karena mereka yang akan terpilih nantinya tetap membutuhkan tiang-tiang yang akan menopang mereka dalam menjalankan pemerintahan. Mungkin akan ada waktunya, someday kita yang bakalan duduk di kursi legislatif sana. Penguasaan diri terhadap gelimpangan harta duniawi dan jabatan dimulai dengan hubungan karibmu dengan Dia. Kapan dimulainya? Ga usah nunggu ketika kamu akan menjadi "wakil rakyat" tersebut, dimulai dari hal-hal kecil dilingkungan tempat Dia menempatkan kamu saat ini. Jadi berkat itu tidak hanya ketika kalian berada di sebuah "posisi", jadi berkat itu adalah gaya hidup orang percaya.

So, untuk kalian semua yang apatis menjelang 9 April 2014 nanti, take time to pray. Dia pasti kasih hikmat dalam memilih. Jangankan memilih pemimpin, memilih yang akan mendampingimu selamanya pun pasti Dia kasih tau. Hihiw! ;)
 

aphrodityasherlisa Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template