Sebulan terakhir ini saya kembali
diperhadapkan dengan hal-hal kompleks terkait sebuah hal yang dinamakan
hubungan. Ada yang baru dan ada yang lama. Yang baru datang membawa sejuta
hal-hal baru yang menyenangkan, memberikan warna baru dan juga membawa sebuah
petualangan baru yang nampaknya sangat menarik untuk tidak turut serta
didalamnya. Seperti anak kecil yang mendapatkan kado di hari ulang tahunnya,
demikian posisi yang baru ini datang merasuk dalam hari lepas hari. Mencuri
perhatian, menjadi sesuatu yang dinanti-nantikan, dan sangat disyukuri ketika
telah dimiliki.
And suddenly, the old one come
again.. Tidak ada “yang baru” tanpa melewati sebuah fase “yang lama”. Berbeda
halnya dengan “yang baru” ini, “yang lama” tidak datang dengan warna-warni baru
yang meghadirkan rasa penasaran untuk dikecap, karena dia sudah terlebih dahulu
menawarkan sejuta rasa itu di fase hidup sebelumnya.
Beberapa orang mengklaim dirinya “gue
udah move on!” ketika dia kembali diperhadapkan dengan yang lama ini. Bagi
saya, ini bukan perkara move on atau belum, ini berbicara tentang kontribusi
besar yang pernah dilakukan yang lama ini dalam membentuk karaktermu untuk
menyambut yang baru. Ya, disadari atau tidak, pengalaman hidup bersama yang
lama memberimu sebuah pelajaran yang tidak ditemukan di lembaga pendidikan
manapun. Dan bisa saja, yang lama inilah yang berperan penting dalam menempamu
menjadi semakin kuat sampai pada hari ini.
“Lo kenapa dateng lagi pas gue udah (hampir) kuat sih?”“KEMANA AJA LO SELAMA INI?”“Giliran udah putus baru nyariin gue lagi. Lo pikir gue tong sampah?”
Demikian sekelabat pembicaraan
dalam batin ketika harus diperhadapkan lagi dengan yang lama ini. Pada akhirnya
hanya sebuah kalimat ini yang berhasil disaring oleh mulut untuk dikatakan.
“Halo, apakabar?”
Sebuah pertanyaan sederhana yang
membawa kepingan-kepingan cerita di masa lampau yang dengan suksesnya
meyakinkan hati, “Saya rindu.”
Ketika yang baru membuka lebar sebuah
pintu dengan petualangan-petualangan baru yang nampaknya menjanjikan untuk
diarungi bersama, yang lama pun hadir kembali dengan sebuah tempat favorit yang
tidak diragukan lagi kenyamanan tempatnya. Terkadang, ketika ada sebuah cafe
baru yang dibuka di kota saya, saya tidak serta merta ingin segera kesana untuk
mencobanya, entah kenapa saya lebih mempercayakan waktu untuk sekedar nongkrong
bersama teman-teman di tempat yang sudah lama menjadi favorit kami. Sama kasus
mungkin perihal dengan yang lama dan yang baru tadi.
Tidak dipungkiri, mungkin ada
rasa pahit yang juga mendominasi ketika mulai membicarakan perihal yang lama
ini. Rasa kecewa, air mata, kesedihan mungkin pernah menjadi indikator ketika
memulai petualangan bersama yang lama, tempo itu. Lucu sekali memang, yang lama
ini pun berhasil menjadi gula untuk menutupi segala pahit yang pernah terasa.
Saya sedang tidak berada dalam
posisi harus memilih saat ini juga. Tetapi kalaupun akan datang harinya dimana
pilihan besar itu harus dilakukan, permintaan maaf ini dengan penuh kerendahan
hati saya haturkan kepada dia yang menawarkan sebuah perjalanan baru. Karena
untuk saat ini nampaknya saya sedang tidak ingin untuk berjalan-jalan
mengelilingi hal-hal yang baru, saya hanya ingin berada pada tempat favorit
saya, mengecap segala hal yang manis dan pahit disana. Menghabiskan segelas
kopi dan sebuah cupcake, perhaps? Yess, time will tells :’)