Selasa, 04 Februari 2014

Future Holder

Sudah lama rasanya pengen nulis postingan tentang ini. Ketunda mulu dan baru nemu waktu yang tepat di malam yang syahdu ini. So, here i go...

Sebulan ini saya diliputi kekhawatiran soal masa depan. Tentang apa yang bakal saya lakuin di 2015. Buat yang belum tau, setelah lulus dari pendidikan diploma pada tahun 2012 kemaren, saya harus kembali ke kota kelahiran saya untuk mengabdi kepada instansi yang telah menyekolahkan saya di bangku perguruan tinggi. Kuliah saya di support oleh program beasiswa Kementerian Perindustrian. Dan setelah lulus, saya harus menjalani masa kontrak kerja selama 2 tahun. Setelah itu, saya belum tau bagaimana akhirnya karena saya belum sampai di titik akhir. Saat ini saya masih setengah perjalanan. Sejujurnya, saya merasakan sebuah kejenuhan yang maha dahsyat. Saya tidak terlalu tertarik dengan rutinitas kerja seperti ini. Datang jam 8, ngetik-ngetik laporan, turun ke lapangan sesekali, menjadi panitia atau narasumber sebuah pelatihan untuk industri kecil, dan kalau tidak ada kegiatan, hanya menghabiskan satu hari full tanpa rutinitas di Kantor sampai jam 4 sore. Saya merasa tidak berkembang secara skill ataupun knowledge. Saya merasa semakin tumpul. Saya merasa tidak bergairah. I just lost my passion...

Mungkin orang-orang diluar sana menganggap kerjaan saya enak. Dengan tingkat mobilitas yang tidak terlalu tinggi, tapi saya memperoleh penghasilan yang lebih dari cukup dalam sebulan. Belum lagi tunjangan-tunjangan lainnya dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh kantor. Tetapi bukan itu yang saya cari. Saya mencari lingkungan yang bisa menajamkan saya dari segi skill dan pengetahuan. Saya mencari lingkungan kerja yang dipenuhi orang-orang yang dinamis. Fyi, saya adalah pegawai termuda di kantor. Rekan-rekan kerja saya umurnya berkisar 40an keatas. Saya merasa seperti bekerja bersama papa dan mama. Sejauh ini tantangan terbesar yang saya dapat dari kantor adalah ketika saya harus menjadi narasumber utama dalam pelatihan pewarnaan batik (sesuai kompetensi ilmu saya semasa kuliah). Selebihnya, saya terjebak dalam ritme pekerjaan yang sangat membosankan.

Saya mulai iri dengan teman-teman seumuran saya yang di usia mudanya, bisa mengexplore kemampuannya di tempat-tempat kerja yang superWOW. Yang bukan hanya menjual nama besar, tetapi juga jenjang karir yang sangat baik. Ada yang kerja di Nokia, Samsung, Uniqlo, Kraft, Adidas, YKK Zipper, TransTV, Gagasmedia dan di beberapa Bank Negeri maupun Swasta di Indonesia. Melihat sepak terjang mereka dalam dunia karir yang pertama terlintas di benak saya adalah... "Kog pekerjaan mereka keren-keren banget sih, Tuhan?", dan beberapa pemikiran-pemikiran lain yang membawa saya dalam kondisi mengasihani diri sendiri. Sampai pada suatu malam, ga ada angin ga ada hujan, saya ga bisa berkata apa-apa lagi dalam doa malam saya, hanya tangisan saja yang bisa mewakili isi hati saya malam itu. Bahkan saya hampir menyesali keputusan saya mengapa memilih beasiswa pemerintah itu. Iya, saya sudah dalam keadaan desperate banget saat itu. Yang saya lakukan hanyalah khawatir dan complain. Saya sampai pada suatu titik, meragukan kuasa Tuhan. Tepatnya, mulai tidak percaya lagi terhadap rencanaNya atas hidup saya.

Dalam dua tahun ini, saya tidak diizinkan untuk apply pada perusahaan/instansi apapun karena saya masih terikat kontrak dengan Kementerian Perindustrian. Tetapi pada dasarnya saya bandel, saya pun coba-coba apply sana-sini tanpa sepengetahuan siapapun. Walaupun saya tahu, it's impossible for me to work in another place during two years.. 4 Oktober 2013, saya inget banget ada panggilan interview dari Uniqlo, sebuah perusahaan tekstil terbesar di Jepang yang sudah merambah 16 negara (salah satunya Indonesia). Dan yang bikin surprisenya lagi, panggilan interview ini dikirim langsung melalui nomor telepon dengan kode area Jepang (+81), walaupun lokasi interviewnya tetap di Jakarta. Senang dan galau seketika bercampur jadi satu. Senang karena ternyata jauh-jauuuuh dari Jepang, mereka mau melirik CV saya. Galaunya, karena tepat di tanggal yang sama, saya harus mengikuti sebuah event Asia Pacific Choir Games di Manado. Dan saya pun masuk dalam sebuah pikiran yang logis. Percuma juga kalau saya harus ke Jakarta untuk mengikut interview, toh ga bakalan bisa juga dengan kondisi saya saat ini. Satu lagi impian untuk berkembang lebih baik harus melebur bersama kenyataan hidup. Ck!

Sebenarnya, kalau ditanya mengenai passion saya dalam bekerja, saya lebih mencintai bekerja di media. Entah itu di stasiun TV, radio, majalah, koran, penerbitan, advertising, dll. Dari SMP, passion saya dalam hal ini sudah mulai tumbuh. Menjadi pemred mading sewaktu SMP, menjadi pemred sebuah buletin semasa SMA, dan aktif dalam mengisi artikel-artikel dalam beberapa surat kabar/majalah lokal. Tetapi passion saya tidak mendapatkan tempat terbaiknya ketika saya mengakhiri bangku SMA. Cita-cita untuk menjadi mahasiswi komunikasi harus terkubur rapat-rapat karena saya ingin meringankan beban ortu, jadinya nyari tempat kuliah yang bisa dapet beasiwa full + uang hidup. Dan berkat anugerahNya, dapetlah beasiswa full + biaya hidup + biaya buku + biaya transport PP setahun sekali dari Bandung ke daerah asal. Iya, hanya Kementerian Perindustrian memang yang bisa semurah hati itu. Tetapi sebaik apapun fasilitas yang kampus tawarkan, apalah artinya kalau kita tidak mencintai apa yang kita lakukan. Saya harus survive selama kurang lebih 3 tahun untuk berhadapan dengan hal-hal berbau kimia dan tekstil. Sebuah hal yang tidak pernah ada dalam bayangan saya sebelumnya. Bahkan semasa SMA, saya pernah beberapa kali kabur ketika mata pelajaran Kimia. :))

Kerinduan saya saat lulus SMA hanya satu. Saya mau kuliah di luar Palu yang tidak memberatkan ortu dalam hal finansial. Dengan tekad itu pula yang mengantar saya sampai di tempat yang tidak pernah saya rencanakan sebelumnya.

Dan inilah saya saat ini, sedang menjalani masa kontrak yang sisa setahun lagi.

Sejujurnya saya blank dengan apa yang bakal saya kerjakan setelah ini. Saya merasa hopeless. Saya merasa khawatir sekali dengan apa yang orang-orang sebut "masa depan". Padahal, tanpa saya bertanya pun sebenarnya Dia sudah jelas mengatakan kalau rancangan-rancanganNya dalam hidup saya adalah rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan. Tetapi saya lebih mengizinkan kekhwatiran pegang kendali atas hidup saya saat ini. Akibatnya, hidup saya dipenuhi ketakutan demi ketakutan. Bukan itu saja, saya mulai menyalahkan diri saya akan apapun yang saya alami. Saya merasa sangat jauuuuuuuuh dengan kondisi damai sejahtera.

Saya diingatkan kembali akan janjiNya melalui nubuatan seorang Pastor di Gereja saya ketika masih di Bandung, beliau mengatakan, "jangan takut untuk apa yang akan kamu hadapi di depan, kamu akan dipakai menjadi besar di tempat dimana kamu akan pergi.." JENGJENG! Padahal saya ga pernah ngasih tau sebelumnya kalau saya akan meninggalkan Bandung dalam waktu dekat. Tetapi dengan ajaibnya Tuhan memakai Pastor itu untuk meneguhkan saya. Dan itu terbukti, baru beberapa bulan kembali di Palu, Tuhan mempercayakan saya untuk menjadi seorang youth leader di Gereja lokal saya. Walaupun banyak pergumulan yang saya hadapi dalam memimpin di komunitas ini, tapi kasih sayang Tuhan terus berlaku dalam "menangkap" saya untuk tidak lari meninggalkan komunitas ini.

Sampai akhirnya saya merenung...
Aphro, dimana kamu taruh iman kamu? Kalau kamu taruh iman kamu sama Tuhan, why still worry? Kalau kamu taruh iman kamu sama Tuhan, kenapa bandingin masa depan kamu dengan kisah orang lain? Kalau kamu taruh iman kamu sama Tuhan, kenapa kamu takut? 
Kenapa?
Karena simply, saya lebih menaruh iman kepada yang kelihatan daripada yang gak kelihatan. Which is itu berarti bukan iman. Dan untungnya Tuhan masih terlalu amat sabar sama saya. Then i know i have a faithful God. Ya, sekarang memang saya belum melihat apapun yang akan terjadi didepannya, saya belum melihat pintu-pintu lain yang akan terbuka untuk saya, saya belum tahu apa yang bakal saya lakuin, i don't understand His plan for me nowadays, i don't know what His will. But one thing i know for sure... Even when i don't understand His plan for me, i know He is with me.
 
You don't have to be worry, you don't have to be afraid, because I AM WITH YOU, says the Lord. 
 
Di depan memang saya gak tau akan seperti apa, gak tau apa yang akan terjadi, gak tau harus bagaimana dalam menghadapi apa, but i know, Tuhan ada di depan sana, He has prepared great things for me, He has greater plan than i have for myself.
 
And 'til the doors are opened, i'm gonna still praise Him in the hallway. Because i know, Who's My Future Holder.

0 komentar:

Posting Komentar

 

aphrodityasherlisa Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template